Kosongkan Pikiran, Tumpahkan Gagasan
Banyak pikiran yang tidak bermanfaat menjadi racun, tetapi jika dilemparkan keluar maka mencemari pemikiran orang lain. Apa yang harus kita lakukan dengan itu?
Sampai pada titik dimana sudah lebih aware terhadap bisingnya pikiran yang ada di otak ini. Banyak suara dikepala yang mencuri kedamaian dan ketenangan jiwa. Bahkan untuk memulai hal yang kecil, selalu banyak sekali pertimbangan. Suara dalam hati untuk mengomentari atau merespon kejadian dimasa lalu.
Dimasa sekolah dulu (SMP lebih tepatnya), sebelum berangkat sekolah, saya dan adik biasanya menonton sebuah acara berita di salah satu stasiun televisi. Acara editorial yang membahas isu-isu masyarakat dan dikupas oleh pakar. Penonton dapat memberikan opini dan tanggapan melalui telepon untuk mengomentari isue yang sedang diangkat. Dari situ, saya menangkap berbagai banyak sudut pandang yang luas bahkan untuk topik yang sempit.
Tanpa disadari, hal itu menambah vokabulari kata-kata. Namun yang lebih dirasakan, pikiran mulai berbicara lebih banyak baik dengan mengomentari informasi dan terlebih hal-hal kecil pun ikut dikomentari hanya dalam hati. Kebiasaan untuk menonton berita tersebut berlanjut hingga SMA, ketika di kosas sendirian, siaran berita sebagai pemecah hening agar tidak terasa sepi dan sendiri.
Ketika muda dulu, suara tersebut selalu berbicara, menaggapi segala hal, mengomentari apapun. Dengan polosnya saya tanpa memberikan arti penting akan itu. Tanpa adanya filter untuk mencerta apakah suara itu merupakan suara yang positive atau negatif, apakah suara itu memberikan nuansa yang baik atau buruk, apakah suara itu mermanfaat atau tidak berguna. Hingga pada titik saat ini ketika semua suara itu menjadi racun-racun pikiran yang membuat lelah tanpa hal yang berarti.
Terkesan seperti curhat, saya berusaha untuk mendapatkan kedamaian dan ketenangan kembali. Upaya untuk mendamaikan suara-suara ini agar tidak begitu bising. Saya menyadari, salah satu hal yang mampu untuk menenangkannya adalah dengan deep talk dengan beberapa rekan saya. Biasanya ketika dalam pembicaraan tersebut, kami dapat menghabiskan waktu hingga pagi, tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat. Namun dewasa ini, circle pertemanan semakin berkurang, tanggung jawab pun semakin besar, tidaklah sebebas ketika SMA atau Kuliah dulu kami dapat menghabiskan waktu untuk membahas banyak hal yang ditampung didalam pikiran. Diperparah dengan kondisi pandemik yang mengharuskan social-distancing, mengurangi frekuensi interaksi sosial. Untuk itu, blog ini sebagai salah satu media untuk menumpahkan pikiran tersebut.
Ibarat seekor sebuah binatang buas, yang dapat menyakiti atau menyerang orang lain. Namun jika dilatih dan dididik dengan benar, dapat amat bermanfaat bagi manusia dan banyak orang. Sama seperti pikiran, jika tidak dididik dengan baik akan sangat liar dan mencelakakan orang lain. Berbuat se-enaknya, mencari yang termudah, dan sangat self-centric. Apabila dididik dan dikelola dengan benar, dapat memberikan manfaat bagi sesama mahluk.
Perkembangan teknologi, social media, dan media informasi lainnya memberikan asupan gizi untuk pemikiran. Semakin banyak informasi baik positif dan negatif, baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi bagaimana kita berfikir dan menyerap informasi.
Sebelum pemikiran ini semakin liar jauh, maka baiknya kita akhiri disini dulu.
Comments ()