Resolusi Keuangan 2023 Anti Resesi

Apa benar 2023 resesi? Harus seberapa takut dan panik kah kita? Apa yang bisa kita lakukan? Apakah meminimalisir resiko? Atau menjemput bola menangkap peluang?

Resolusi Keuangan 2023 Anti Resesi
Photo by Towfiqu barbhuiya / Unsplash

Kata-kata 2023 akan terjadi resesi sudah sangat tidak asing lagi. Baik presiden dan menteri keuangan pun menyuarakan hal yang sama. Tujuannya mungkin baik, mempersiapkan kita semua agar dapat menghadapi resesi (apabila terjadi). Bagi yang sering mengikuti berita luar negeri, memang banyak negara yang mengalami perekonomian yang melemah. Disclaimer  saya bukanlah  ekonom atau analis keuangan, namun warga biasa seperti kita pun bisa bertindak untuk goals keuangan yang lebih baik.

Lacak Pengeluaran

RESESI..... RESESI.... RESESI... !!!!!

Inget kata kuncinya adalah lacak pengeluaran, bukan berhemat dan mengurangi pengeluaran. Baik pandemi maupun resesi, kepanikan pasti memberikan kehancuran. Kemungkinannya terjadi resesi jangan membuat panik dengan menekan pengeluaran habis-habisan, menutup pintu uang mengalir secara tiba. Hal tersebut dapat membuat perekonomian semakin memburuk. Pada hakikatnya uang itu harus mengalir kedalam bentuk transaksi. Uang yang kita keluarkan dari belanja, merupakan rejeki dan pemasukan bagi orang lain. Dengan menekan pengeluaran secara tiba-tiba, maka banyak rejeki orang lain yang ikut terhambat, roda ekonomi tidak berputar dan bisnis pun tutup, perusahan bangkrut banyak orang di PHK.

Video epic ini untuk belajar lebih lanjut secara menarik dan mudah dimengerti

Mengetahui hal itu, alangkah baiknya kita mulai dengan mencatat pengeluaran, sekecil apapun pengeluaran itu haruslah kita catat. Konsepnya sama seperti Big Data, semakin lengkap dan aktual pengeluaran yang kita catat dalam jangka panjang,  akan terlihat pola dan proporsi pengeluaran kita, baik harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Setelah 5 tahun melakukan ini, pengeluaran saya untuk rokok sudah dapat bisa beli motor baru 🤪.

Bukan Nominalnya, Tetapi konsistensinya

Bagi yang belum biasa, mencatat pengeluaran memang sangat merepotkan. Bahkan untuk bayar parkir motor atau bayar toilet umum 2000 perak pun saya catat  bukan karena nominalnya, tetapi untuk melatih kebiasaan mencatat. Memberikan kita kesadaran jika ada nominal uang yang sudah kita keluarkan. Terkadang kita selalu mengabaikan jumlah-jumlah yang kecil, namun dalam jangka waktu panjang (seperti beli rokok), kamu akan terkejut dengan hasilnya.

Ketika saya memulai sebuah kebiasaan baru ini, lakukanlah sesederhana dan semudah mungkin. Apabila hal tersebut terlalu kompleks pasti lah hal itu hanya berlangsung hanya beberapa waktu. Bagi saya, kemudahan yang sangat mudah adalah menggunakan aplikasi Monefy berikut.

Monefy - Budget & Expenses app - Apps on Google Play
An easy and efficient budget app and expense tracker for managing your money.

It should be easy

Ketika sharing dengan orang lain, memang banyak dari mereka yang memberikan referensi aplikasi lain dengan fitur lebih canggih, tampilan yang lebih menarik dan pelaporan yang lebih detail. Hal tersebut tidak buruk, namun untuk awal bangun kebiasaan, saya tahu apabila terlalu ribet, saya akan menjadi tidak konsisten, yang ujung-ujungnya berhenti mencatat lagi. Secara UX, Monefy sangat intuitif, aplikasi ini tidak menggunakan banyak kata-kata dan angka-angka seperti buku laporan keuangan. Dengan menampilkan icon-icon pada widget di homescreen, kita bisa langsung menginput nominal uang yang saya spend. Maka dari itu, mencatat bayar parkir 2000 rupiah bisa secepat itu.

Selain itu, aplikasinya juga tidak berat. bayangkan,  jika untuk masuk ke aplikasinya saja butuh waktu 2-3 detik, mungkin kita lebih rela 2000 rupiah kita tidak tercatat daripada harus menuggu loading. Setelah itu, futur keren juga kita dapat mengakumulasi pengeluaran kita berdasarkan kategori, perhari, perminggu, perbulan, pertahun, atau seluruhnya. Nah dari situ saya bisa mendapat insight, pengeluaran apa yang berlebihan, pengeluaran mana yang bisa saya tekan, atau mengalokasikan pengeluaran satu ke pengeluaran lainnya.

Tambah Income

Setelah kita mengetahui total pengeluaran kita perbulan atau perhari, maka kita kita juga mendapat insight lebih nyata berapa pemasukan yang harus kita tambah. Nah untuk topik ini, terus terang saya juga sedang berjuang, jadi saya belum bisa banyak berbagi. Mungkin yang kerja kantoran seperti saya, kalian bisa ambil side job menjadi freelancer seperti ambil project programming, design, content writing atau apapun itu, atau bagi yang sudah punya asset namun masih belum produktif, segera digarap assetnya. Rumah bisa dikontrakan, apartemen bisa disewakan, tanah bisa digarap atau disewakan dengan pebisnis. Jadikan narasi resesi ini jadi cambuk untuk lebih produktif. Oh iya.. jangan lupa dicatat juga ya. Moneyfy bisa catat income juga.

Budgeting

Nah inilah bagian yang paling seru. Layaknya perang, ketika kita sudah tahu kekuatan musuh, dan kita tahu kekuatan kita sendiri maka kita bisa atur-atur strategi. Setelah kita sudah mengetahui pengeluaran dan pemasukan kita maka mari kita atur strategi bagai mana uang itu akan dialokasikan.

Hutang

Bagi yang sudah punya KPR, selamat... karena kenaikan suku bunga bank membuat kenaikan bunga KPR juga. Untuk itu, jadikan hutang sebagai prioritas alokasi dana. Pastikan nominal yang dibayaran lebih dari pembayaran-pembayaran sebelum.  Karena ada prioritas yang naik, maka ada pengeluaran lain yang harus diturunkan prioritasnya. Dari list pengeluaran yang sudah kita dapatkan, maka kita dapat menentukan pengeluaran-pengeluaran lain yang bisa ditekan. Pengeluaran yang sifatnya hiburan, mungkin bisa ditunda terlebih dahulu dengan menurunkan budget dan jumlahnya.

Dana Darurat

Bagi teman-teman yang sudah melek secara finansial, pasti kalian sudah memiliki yang namanya dana darurat. Rasionya bisa 6x dari pengeluaran perbulan bagi yang single, atau bisa 20x bagi yang sudah menikah. Untuk mengumpulkan sebanyak itu, biasanya saya sisihkan 10% dari pemasukan yang saya terima setiap bulannanya. Dana darurat ini diperuntukan seperti:

  • Dana cadangan ketika terkena PHK
  • Kejadian yang seharusnya dapat diasuransikan namun tidak (Kecelakaan, Sakit Parah yang tidak terduga)
  • Force majeure seperti bencana alam atau kerusuhan.

Diluar dari itu, jangan pernah gunakan dana darurat sedikit pun. SEDIKIT PUN. Sekali kita melanggar komitmen ini, maka kedepannya akan semakin mudah bagi kita untuk mencairkan dana darurat ini. Lebih baik kita berhutang dari pada kita harus mencairkan dana darurat apabila tidak diperuntukan dengan semestinya.

Dalam proses mengumpulkan dana darurat ini, sangat disayangkan jika apabila kita hanya menyimpan dibank dalam bentuk tabungan biasa. Langkah yang saya ambil adalah dengan menempatkan dana darurat ini kedalam deposito. Cukup dengan satu bulan saja. Kemudian, setelah deposito selesai, tambahkan alokasi dana darurat bulan berikutnya sebesar 10% ditambah deposito yang sudah jatuh tempo tersebut. Lakukan lah proses ini terus menerus hingga dana darurat terkumpul sesuai target kita.

Kabar baiknya, saya menggunakan Neo Bank sebagai produk deposito yang saya pilih. Bayangkan jika di bank konvensional, menimal deposito kita harus 10 juta rupiah, disini kita dapat mulai melakuan deposit hanya dengan 100 ribu saja. Selain itu bunga depositonya tertinggi dari bank konvensional yaitu 7%. Kebetulan bank ini juga memiliki program referal untuk nasabah baru melalui link berikut:

Ada kupon diskon QRIS Rp25 rb buat kamu. Yuk, ambil!
Ayo ambil kupon diskon QRIS dan nikmati diskon hingga Rp25 rb!

Kode referal neo bank saya: YURR32