Pengalaman Menjadi Relawan Komunitas Generasi Literasi

Cerita pengalaman pribadi saat menjadi relawan komunitas Generasi Literasi dari Indorelawan Batch 3 kelompok 17 tahun 2021

Berawal ketika pandemik covid-19, seluruh kegiatan sosial terhenti dengan social distacing. Kegiatan komunitas dan relawan yang sebelumnya kami tekuni saat itu langsung terhenti. Isolasi mandiri dan work from home mendorong saya untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang.

Sebelumnya saya pernah melakukan pencarian untuk wadah para relawan yang ingin tergabung dalam kegiatan sosial, dan waktu itu saya temukan platform Indorelawan. Saat itu, saya masih belum ada keberanian dan dorongan yang kuat untuk tergabung kesana, salah satu dampak positif dari pandemik mendorong saya untuk tergabung dan menjadi lebih serius untuk menjadi relawan.

Platform yang menyediakan banyak pilihan kegiatan sukarela dari berbagai macam bidang. Salah satu yang menarik perhatian saya komunitas Generasi Literasi yang membahas isu-isu dan tantangan literasi di Indonesia serta solusi yang dapat kita berikan. Sebagai orang yang berkecimpung di dunia digital, saya memiliki keresahan personal terhadap apa yang terjadi di dunia maya akhir-akhir ini. Hal tersebut terakumulasi saat masa kampanye pemilu 2019 dengan banyaknya persebaran hoax, ujaran kebencian, permusuhan, pembodohan dan banyak lagi. Hal-hal tersebut yang saya sangat ingin hindari, namun apa daya, profesi saya mengharuskan saya untuk terpapar dengan informasi tersebut. Saya berfikir dari pada saya hanya mengeluh dan menjadi korban terhadap keadaan, hanya membuat saya menjadi menderita. Tanpa ragu lagi saya langsung mengisi formulir pendaftaran relawan.

Survei Taman Baca

Sebelum tim kami melakukan pengalangan donasi buku, kami diberikan pembekalan untuk bagaimana cara membuat kampanye donasi, tips dan trik seputar hal teknis seperti pengelompokan, pengemasan dan pengiriman buku. Kami pula diajarkan untuk membuat artikel dan narasi yang mengajak para calon donatur untuk bergabung dengan kami.

Pada pertemuan di minggu pertama, kami diberikan tugas untuk mensurvei taman baca disekitar kita. Kebetulan salah satu tim kami tinggal di Provinsi Maluku dan memiliki rekan dengan pejuang literasi untuk taman baca di pelosok. Berdasarkan hasil diskusi, kami memutuskan untuk menetapkan taman baca tersebut sebagai calon penerima donasi buku dari kampanye yang kami jalankan.

Taman baca yang kami tetapkan adalah Taman Baca Kelurat, di Dusun Kelurat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku. Dengan keterbatasan komunikasi, kami sangat bersyukur dapat beroordinasi untuk mengetahui kondisi taman baca serta kebutuhan mereka. Dibutuhkan waktu berhari-hari hingga hitungan minggu untuk melakukan perjalanan ke Kota Ambon.

Dari informasi narahubung kami serta foto yang dia berikan, kami menyiapkan konten yang hendak dibagikan. Tim kami terdiri dari tujuh orang, satu orang berperan sebagai bendahara untuk mengatur keuangan seperti biaya pengiriman, operasional dan laporan keuangan dari donatur uang. Satu orang lagi sebagai narahubung, yang berkoordinasi langsung dengan pengelola taman baca calon penerima donasi. Terdapat juga designer yang bertugas untuk membuat poster advertising sebagai pendukung kampanye.  

Poster pengalangan donasi buku kelompok kami tim 17

Penggalangan Donasi Buku

Pada minggu berikutnya, kegiatan penggalangan buku dimulai. Seluruh anggota tim kami menyebarkan seluruh pos di media sosial kami masing-masing, menawarkan donasi buku secara langsung perorangan dan berbagai macam hal lainnya. Bahkan salah satu di tim lain, kampanye donasi buku mereka diliput salah satu portal media berita online. Luar biasa

Satu minggu berlalu, kami belum belum terkumpul satu buku pun, sementara masa kampanye ini hanya berlangsung tiga minggu. Banyak dari tim sebelah sudah mengumpulkan hingga ratusan buku. Kami pun mencoba upaya lain, hingga salah satu anggota tim kami me-post kampanye donasi ini di twitter. Alhasil banyak yang menghubungi kami untuk kriteria buku yang didonasikan serta teknis pengirimannya.

Post twitter yang membuat tim kami mendapatkan banyak donasi buku dan uang.

Sungguh kami tidak menyangka warga net di twitter banyak yang menaruh perhatian dengan kegiatan donasi buku kami. Awalnya, kami mempublikasikan poster dan kampanye ini di facebook, instagram dan group-group whatsapp, namun responya tidak seramai yang kami dapatkan di twitter. Pengalaman ini pun kami bagikan ke kelompok-kelompok lain untuk memperluas penggalangan donasi buku mereka.

Satu persatu buku dari donatur berdatangan. Kami membuka posko donasi ke alamat rumah kami masing. Namun yang paling banyak kami terima adalah posko Jabodetabek. Tidak mengejutkan memang karena populasi terbesar Indonesia diwilayah tersebut.

Tantangan berikutnya adalah pengiriman hingga lokasi taman baca yang dituju. Kami sempat menghubungi perantara narahubung kami untuk mengetahui kondisi perjalanan yang harus ditempuh. Mulai dari pelabuhan di Kota Ambon, hingga perjalanan menggunakan kapal. Setiap bulan, warga datang ke kota untuk mengambil logistik, disaat itulah buku donasi dapat diterima oleh pihak taman baca.

Pada akhir masa kampanye, kami menerima 168 jilid buku dari 8 donatur baik. Terkumpul juga dana sebesar Rp 1.520.000 dari 13 orang donatur. Jumlah dana tersebut digunakan untuk pengiriman buku serta sebagian kami belikan buku anak untuk menambah jumlah buku yang diserahkan. Kami tidak menyangka bisa menyelesaikan kampanye ini dimana lokasi taman baca penerima donasi yang cukup jauh.

Penutup

Penetapan Taman Baca Kelurat mungkin bukan merupakan sebuah kebetulan. Ketika saya kuliah, saya pernah magang di perusahan orang tua saya bekerja pada tahun 2011. Perusahaan kelapa sawit yang berlokasi di pulau Seram. Hampir sekitar 2 bulan, saya menggunakan waktu untuk menamati bisnis proses perusahaan, kendala yang dialami perusahaan serta sosialisasi dengan masyarakat setempat. Saya masih ingat kondisi pedesaan disana, aktifitas warganya dan lokasi perkebunan kelapa sawit tersebut. Dengan mengadakan kampanye donasi buku ini, kembali mengingatkan kondisi perkampungan disana, logat dan bahasa penduduk lokal, pemandangan pantai dan pegunungan yang indah. Saya dapat membayangkan jauhnya perjalanan berjam-jam untuk memasuki suatu kampung. Besar harapan saya untuk apa yang saya lakukan dapat bermanfaat bagi mereka.

Hal lain yang saya dapatkan dari pengalaman ini adalah kemampuan untuk bertindak dan memberikan perubahan. Meskipun kecil, lakukanlah sesuatu yang baik untuk diri kita dan baik untuk orang lain. Mungkin banyak keresahan yang kita alami di lingkungan sekitar kita, keresahan yang kalian alami dihidup kalian. Sesuatu yang membuat kalian jengkel, namun daripada mengeluh akan hal itu, lakukanlah sesuatu yang bermanfaat. Buat saya, itu adalah obat paling manjur untuk membersikan diri kita dari emosi negatif seperti itu. Hal ini juga saya praktekan pada post saya sebelumnya.

Sok Inggris, Asal British
Mencoba untuk mempraktekan bahasa Inggris malah ditertawakan karena grammar yang berantakan dan logat yang dibuat-buat. Lingkungan yang tidak mendukung ditambah dengan tidak adanya teman untuk diajak berbicara.

Salah satu kami membuat website ini, sebagai sarana untuk menyebarkan konten positif untuk meningkatkan literasi. Hingga tidak hanya sebatas untuk satu taman baca saja, bagi kalian yang punya referensi taman baca atau buku, yang hendak didonasikan, boleh tulis komentar dibawah.